Tentang Penulis: #24 Beberapa Kali Ditodong Dan Kecelakaan Bus Pada Masa SMP Di Jakarta

Tentang Penulis: #24 Beberapa Kali Ditodong Dan Kecelakaan Bus Pada Masa SMP Di Jakarta

Sewaktu saya SMP di Jakarta, saya sering kali setelah jam pulang sekolah, saya menggunakan kendaraan umum untuk pulang ke rumah atau ke rumah tante nomor 2.  Saya pernah ditodong sekitar 7 kali dan mengalami kecelakaan bus sebanyak 2 kali.

Sering kali memilih kendaraan umum untuk pulang ke rumah atau ke rumah tante nomor 2

Adik sepupu saya setiap pagi menjemput kami kemudian berangkat bersama-sama ke sekolah.  Sewaktu pulang sekolah saya sering kali memilih untuk naik kendaraan umum untuk pulang ke rumah atau ke rumah tante nomor 2, karena adik sepupu laki-laki dan paman nomor 7 sering kali main basket setelah jam pulang sekolah.  Saya waktu itu tidak begitu menyukai olahraga basket maka saya meninggalkan supir dan memilih naik kendaraan umum.

Pada mulanya cara saya mempelajari naik kendaraan umum adalah melalui teman-teman sekolah, orang-orang yang sedang menunggu di halte bus dan pengemudi kendaraan umum.

Pernah ditodong tetapi ada kembalian dari pelaku

Pada waktu itu saya sering menggunakan kendaraan umum seperti Kopaja, Metro Mini atau Angkot.  Penodongan biasanya terjadi ketika saya berjalan dari sekolah menuju halte bus.  Pelaku-pelaku biasanya adalah anak-anak seumur dengan saya bahkan beberapa dari mereka masih mengenakan seragam sekolah.  Meskipun mereka membawa pisau tetapi mereka memintanya dengan nada yang sopan dan mengucapkan terima kasih setelah mengambil uang dari saya.

Kejadian yang paling berkesan sampai sekarang adalah suatu siang ketika saya pulang sekolah dan jalan menuju halte bus, saya didatangi sekitar 6 anak sekolah berseragam SMP dan satu dari mereka memegang pisau dan meminta uang Rp. 500.  Pada waktu itu saya hanya mempunyai selembar uang Rp. 1,000 dan beberapa lembar Rp. 100.  Kemudian saya menanyakan apa ada kembaliannya karena saya hanya mempunyai selembar Rp.1,000.  Setelah mereka mendengar itu, mereka menjawab mereka ada kembaliannya, maka sewaktu saya serahkan uang Rp. 1,000 itu, mereka juga memberikan selembar Rp. 500 sebagai kembaliannya.

Saya selalu beranggapan sebagian besar dari mereka melakukan penodongan karena terdesak oleh keadaan keuangan mereka, maka setiap kali saya memberikannya secara rela.

Kadang-kadang setelah ditodong dan saya tidak mempunyai uang untuk naik kendaraan umum pulang ke rumah, saya akan menceritakannya kepada supir kendaraan umum tersebut dan mereka selalu membiarkan saya naik kendaraan tanpa harus membayarnya.

Kecelakaan ketika naik Angkot

Suatu hari saya pulang sekolah dan naik sebuah angkot berwarna merah menuju ke rumah tante nomor 2.  Ketika angkot tersebut turun tanjakan yang cukup tinggi, rem angkot tersebut tidak berfungsi kemudian angkot yang saya naiki jatuh dan terguling.  Tetapi saya sangat beruntung, setelah angkot tersebut terguling, posisi saya dalam keadaan berdiri dan hanya sedikit luka ringan disebabkan oleh beling-beling kecil dari kaca.  Kemudian saya bersama beberapa orang ikut membantu penumpang-penumpang lainnya untuk keluar dari angkot tersebut termasuk seorang ibu hamil.

Setelah semua penumpang keluar dari angkot tersebut, saya menjadi orang terakhir keluar dari situ dan ketika itu saya baru sadar bahwa banyak orang mengelilingi angkot tersebut dan melihat apa yang terjadi.  Kemudian saya menunggu angkot berikutnya untuk melanjutkan perjalanan ke rumah tante.

Angkot yang serupa dengan yang saya naiki sewaktu mengalami kecelakaan pada masa SMP di Indonesia.

Kecelakaan jatuh dari bus Metro Mini kemudian tidak diperbolehkan lagi naik kendaraan umum oleh nenek

Suatu siang saya bersama sahabat saya Firman ke acara ibadah khusus bersama.  Kebetulan pada waktu itu tidak ada supir dan ibu saya ada urusan dengan tante saya.  Ketika acara selesai, kami memutuskan untuk naik Metro Mini untuk pulang rumah.  Bagi saya naik Metro Mini bukan hal yang mengerikan seperti teman-teman saya ceritakan kepada saya, kadang-kadang meskipun bus Metro Mini sangat penuh tetapi saya juga tetap menaikinya.

Berhubung rumah Firman lebih jauh dari saya, maka saya turun lebih dulu.  Ketika saya turun bus, saya terlalu terburu-buru turunnya sehingga saya terseret oleh bus karena saya masih memegang pintu bus tersebut.  Saya sangat beruntung karena tidak ada kendaraan lain di sebelah bus ini.  Saya hanya mengalami luka bagian kaki karena celana panjang saya bagian lutut robek dan kaki tangan saya ada beberapa bagian terluka.  Pada waktu itu Firman sangat terkejut dan saya menyuruh dia jangan ikut turun dari bus.

Kemudian saya berjalan kaki pulang ke rumah dan dimarahi oleh nenek dan pekerja rumah tangga kami.  Sewaktu ibu dan ayah kembali ke rumah, nenek memerintahkan tidak memperbolehkan saya naik kendaraan umum lagi.  Maka sejak itu saya harus diantar jemput oleh supir atau ibu saya pulang pergi sekolah atau ke tempat lain.

Bergelantungan di Metro Mini sudah menjadi hal biasa bagi saya pada masa SMP di Indonesia. [Foto: Otomotif edisi 1998]
Tentang Penulis: #25 Saya Diculik Dengan Empat Mob...
Tentang Penulis: #23 Pindah Ke Rumah Baru Di Pasar...