Tahukah Anda? Ada Seorang Presiden Filipina Yang Tidak Disukai Oleh Masyarakat Hong Kong

Tahukah Anda? Ada Seorang Presiden Filipina Yang Tidak Disukai Oleh Masyarakat Hong Kong

Hong Kong mempunyai hubungan yang cukup erat dalam hal ekonomi dengan negara Filipina, namun karena sebuah kejadian pada tahun 2010 menyebabkan hubungan Hong Kong dengan Filipina memburuk secara drastis, bahkan terdapat suara di tengah-tengah masyarakat Hong Kong meminta agar mengusir para pekerja rumah tangga Filipina pada waktu itu.

Karena keterlambatan 2 peserta tur, maka kehidupan seluruh peserta tur berubah drastis

Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 23 Agustus 2010 di ibu kota Filipina yaitu Manila dan dijuluki oleh pemerintah Hong Kong sebagai Manila Hostage Crisis 馬尼拉人質事件 (ma5 nei4 laai1 yan4 ji3 si6 gin6).  Kejadian tersebut menyebabkan 8 penduduk Hong Kong meninggal dunia, 3 penduduk Hong Kong mengalami luka berat dan 3 penduduk Hong Kong mengalami luka ringan.  Pada waktu itu sebuah tur dari perusahaan Hong Kong Hong Thai Travel 康泰旅行社 (hong1 taai3 leui5 hang4 se5) mengunjungi Manila 4 hari 3 malam yang telah direncanakan untuk kembali ke Hong Kong pada tanggal 23 Agustus 2010 yaitu pada hari kejadian tersebut.  Peserta tur tersebut terdiri dari 17 orang dewasa dan 3 anak-anak, selain itu juga terdapat 1 karyawan Hong Thai Travel, 1 pemandu wisata dan 1 supir bus.

Tur tersebut tiba di sebuah tempat wisata bernama Fort Santiago pada pukul 09.00 dan merencanakan untuk meninggalkan lokasi tersebut pada pukul 09.40, tetapi karena keterlambatan 2 peserta tur, maka bus tersebut tidak dapat meninggalkan lokasi ini dengan tepat waktu dan menjadi target pelaku pembunuhan yang mengerikan.

Pelaku adalah seorang bekas polisi yang pernah mendapat 17 penghargaan dan terpilih menjadi 10 polisi terbaik.

Pelaku bernama Rolando del Rosario Mendoza yang lahir pada tahun 1955 dan lulusan sarjana dalam bidang Kriminologi di University of Philippines pada tahun 1981.  Setelah itu dia bergabung di Kepolisian Filipina pada bulan April di tahun yang sama, kemudian menduduki jabatan sebagai kepala polisi di sebuah pos polisi pada tahun 2002 dan pada tahun 2005 kembali naik jabatan menjadi seorang Senior Inspektur.  Selain itu ia pernah mendapat 17 penghargaan dan pada tahun 1986 terpilih menjadi 10 polisi terbaik di Filipina oleh Junior Chamber International (JCI).

Namun hidup tidak selalu berjalan lancar.  Pada tanggal 9 April 2008 Rolando menangkap seorang kepala koki hotel Mandarin Oriental Manila dengan alasan koki tersebut telah melanggar peraturan lalu lintas dan tidak memiliki surat izin mengemudi serta menolak membayar denda.  Pada tanggal 25 April 2008 Koki tersebut melaporkan kepada Kantor Ombudsman Filipina bahwa ia di paksa Rolando dan 4 polisi lainnya untuk membayar uang yang lebih dari 6 kali lipat dari denda kepada mereka serta memaksa ia memakan obat yang tidak jelas.  Setelah itu semua jabatan Rolando dicabut dan segala uang pensiun yang seharusnya akan ia dapatkan pada bulan Januari 2011 juga dicabut, tetapi ia percaya suatu hari dia akan mendapat kembali jabatannya, maka selama 2 tahun ia terus berusaha agar pihak Kepolisian Filipina menerima dia kembali.  Namun setelah berusaha sekian lama, keputusan dari pihak Kepolisian Filipina tetap tidak berubah.

Telah merancangkan sebuah kejahatan untuk menarik perhatian pemerintah dan masyarakat Filipina

Rolando meskipun telah dipecat, tetapi ia tetap tidak mau mengembalikan senjata-senjatanya kepada pihak kepolisian.  Pada tanggal 23 Agustus 2010 pukul 06.10, Rolando mengenakan baju polisi dan meminta teman baiknya untuk menghantarkan dia dari kota Talisay ke kota Manila.  Lalu mereka tiba di Manila pada pukul 07.30 dan sarapan bersama, kemudian melanjutkan perjalanannya ke Fort Santiago pada pukul 08.10.

Setelah berjalan-jalan dengan temannya sebentar, Rolando kembali ke mobil dan mengambil senjata-senjatanya dan menyuruh temannya kembali ke rumah sendiri dengan alasan ia masih ingin bersantai di lokasi tersebut.  Tidak lama kemudian ia melihat tur bus Hong Thai Travel ini dan menanyakan kemana tujuan bus ini.  Lalu salah satu karyawan menjawab mereka hendak ke bandara.  Rolando kemudian menunjukkan kepada dia bahwa dia adalah seorang polisi dan hendak naik bus tersebut dengan alasan ingin menuju bandara bersama mereka.  Pada mulanya mereka menolak permintaan Rolando, tetapi dengan cara memaksa akhirnya Rolando berhasil naik bus tersebut, menutup pintu dan berkata "Maaf, kalian telah menjadi tawanan saya", kemudian ia mengizinkan semua orang dalam bus untuk menelpon ke pihak kepolisian dan melaporkan situasi mereka kepada saudara atau teman mereka.

Rolando meminta supir bus untuk mengemudi bus tersebut masuk ke dalam Rizal Park dan berhenti di sebuah tribun terkenal di dalam taman tersebut yang bernama Quirino Grandstand pada pukul 09:50.

Lokasi kejadian Quirino Grandstand. [Foto: Wikipedia]

Pada mulanya hanya meminta pemulihan statusnya sebagai polisi

Karyawan kantor Hong Thai Travel cabang Manila mendapat laporan tersebut, lalu mengemudi mobil dan melewati bus ini dan melihat Rolando sedang memegang senjata berada di dalamnya, maka mereka segera melaporkan hal tersebut kepada sebuah pos polisi terdekat.  Rolando pada waktu itu menceritakan kepada orang-orang yang berada dalam bus tersebut bahwa ia difitnah dan tidak pernah berbuat kesalahan. Ia menyatakan akan melepaskan mereka setelah pukul 15.00. 

Pada mulanya polisi yang bertugas di sana tidak percaya kepada karyawan kantor Hong Thai cabang Manila, kemudian mereka membawa polisi ke sebuah restoran di tribun dan polisi ini segera melaporkan ke pusat.  Seorang mediator tiba di lokasi sekitar pukul 10.00, kemudian disusul oleh kepala polisi kota Manila yang tiba pada pukul 10.10 beserta wakil walikota Manila.

Departemen Imigrasi Hong Kong mendapat laporan tersebut sekitar pukul 11.00 dan mereka segera menghubungi Kedutaan Besar Tiongkok di FIlipina dan Kantor Komisaris Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok di Hong Kong.  Di waktu yang sama, Biro Keamanan Hong Kong (Security Bureau) 保安局 (bou2 on1 guk2) juga menghubungi Konsulat Jenderal Filipina di Hong Kong meminta pihak Filipina harus menangani dengan baik dan memastikan keamanan seluruh penduduk Hong Kong dalam kejadian ini.

Sekitar pukul 11.00 mediator mulai melakukan negosiasi dengan Rolando.  Rolando meminta agar segera memulihkan statusnya sebagai seorang polisi.  Selain itu mediator juga menawarkan makan dan minuman kepada dia untuk menukar tawanan, namun ia menolak.

Rolando del Rosario dengan senjatanya senapan M16.

Kelalaian berulang kali dari pihak Kepolisian Filipina menyebabkan 8 penduduk Hong Kong meninggal karena tertembak

Sekitar pukul 12.00, Rolando melepaskan seorang peserta tur wanita berusia 40 tahun bersama anak perempuannya yang berusia 4 tahun dan anak laki-lakinya yang berusia 10 tahun.  Selain itu, Rolando juga memperbolehkan ia membawa anak dari saudaranya pergi bersama dia yaitu seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.

Tidak lama kemudian wakil walikota Manila Isko Moreno mengunjungi Kantor Ombudsman Filipina untuk melakukan negosiasi dengan mereka agar status polisi Rolando dipulihkan.  Sekitar pukul 12.30 Isko melakukan dialog dengan Rolando melalui telepon menceritakan hal tersebut dan Rolando mengucapkan terima kasih kepada dia.

Pada pukul 14.30 perusahaan Hong Thai Travel cabang Manila mengantar makanan untuk para peserta tur, namun Rolando tidak memakan bersama dengan mereka.  Tidak lama kemudian permintaan Rolando untuk mengisi bensin bus dikabulkan dengan syarat melepaskan seorang fotografer etnis Filipina.

Tidak lama kemudian adik pria Rolando bernama Gregorio Mendoza yang juga adalah seorang polisi tanpa izin mendekati bus tersebut, lalu mediator segera menyita pistol Gregorio.  Hal tersebut membuat marah Rolando dan ia berteriak berkata "Ini adalah adik saya, dia adalah seorang polisi, mengapa pistol dia disita?".

Pada pukul 15.00 Rolando meminta untuk menemui seorang wartawan wanita dari stasiun GMA bernama Susan Enriquez.  Wakil wali kota Manila Isko kembali menelpon dia apakah ingin berdialog langsung dengan pihak Kantor Ombudsman Filipina, namun Rolando dengan marah menjawab "Anda sangat kurang ajar, untuk kasus saya anda meminta kepada saya PHP 150,000 (sekitar HK$20,000), jika di sini ada yang tertembak mati itu adalah kesalahan anda."

Pada pukul 17.00 permintaan Rolando untuk mendatangkan media untuk mewawancarai dia dikabulkan, namun persyaratannya adalah Rolando harus melakukan wawancara di luar bus.  Rolando menolaknya, namun kepala polisi Manila tidak mengijinkan wartawan untuk naik ke dalam bus melakukan wawancara dan segera meminta wartawan meninggalkan lokasi kejadian.

Pada pukul 18.03 Rolando menerima wawancara dari stasiun radio bernama RMN melalui telepon.  Rolando mengeluh bahwa pihak Kantor Ombudsman Filipina sengaja menunda permintaan dia dengan beberapa tawaran yang tidak dapat diterima dia.  Namun pada waktu itu Gregorio berkata "Kak, mereka tidak mau mengembalikan pistol saya, jangan bersepakat dengan mereka!".  Mediator kemudian membawa Gregorio pergi, kemudian Rolando menembak mediator tersebut tetapi tidak mengenai sasaran.  Mediator tersebut sangat marah kepada Gregorio dan berkata "Apa yang kamu lakukan?  Anda hanya peduli dengan pistol anda, anda berkata akan membantu kami, ternyata malah membuat kekacauan di sini!".  Lalu ia meminta kepala polisi kota Manila untuk menangkap Gregorio dan membawa dia ke kantor polisi untuk interogasi.

Pada pukul 18.45, kepala polisi Manila bersama walikota Manila, Alfredo Lim bersantai menyantap makan malam di sebuah restoran dekat lokasi kejadian.  Alfredo memandang ringan masalah ini dan berkata "Ini hanya sebuah permainan mengadu kesabaran, kita menunggu sebentar lagi, pasti dia merasa lelah, kurang tidur, kemudian dia akan meletakkan senjata dan menyerah."

Walikota Manila pada tahun 2010, Alfredo Lim. [Foto: Wikipedia]

Mulai melakukan pembunuhan, kemacetan lalu lintas Manila menjadi salah satu penyebabnya

Pada pukul 19.15, wartawan menemukan bahwa Gregorio telah ditangkap dan hendak dibawa ke kantor kepolisian pusat, kemudian Gregorio bersujud menangis di depan kamera dan berkata "Mereka akan membunuh aku!  Mereka akan membunuh aku!  Aku bukan pelaku kejahatan!"  Istri dan anak Gregorio juga berada di lokasi pada waktu itu dan mereka melakukan perlawanan agar Gregorio dilepas.  Pihak kepolisian telah memerintahkan wartawan untuk mematikan kamera mereka, tetapi siaran langsung ini telah ditonton oleh Rolando melalui sebuah televisi di dalam bus.

Rolando pada waktu itu mencapai puncak kemarahan dan ia berkata "Lepaskan adik saya, dia tidak bersalah!  Jikalau ia tidak dilepas, saya akan membunuh semua orang!"

Pada pukul 19.21 Rolando berkata kepada penyiar dari sebuah stasiun radio bahwa dia akan membunuh orang yang duduk di bus bagian depan yaitu pemandu wisata bernama Masa Tse Ting-Chuenn 謝廷駿.  Penyiar radio tersebut meminta Rolando tetap tenang, namun tidak lama kemudian ia mendengar suara tembakan serta teriakan dan tangisan dari peserta-peserta tur yang lain.  Pada waktu itu Rolando menembak bagian leher Masa Tse, lalu ia menembak satu per satu orang yang ada di dalam bus.  Lalu 2 orang peserta tur laki-laki melawan dan ingin merebut pistol Rolando, namun upaya mereka gagal dan salah satu dari mereka tertembak.  Setelah itu Rolando menuju ke bagian paling belakang bus dan menembak ke bagian kepala beberapa peserta tur.

Pada pukul 19.30 Rolando memberikan pesan kepada pihak kepolisian dengan menelpon ke stasiun radio untuk segera melepaskan adiknya, jika tidak ia akan membunuh peserta-peserta tur lainnya.  Lalu pada pukul 19.35 kepala polisi kota Manila memerintahkan tim khusus kepolisian untuk menyerbu Rolando, kemudian Rolando menembak kembali dengan senapan M16.  Setelah melakukan penyerbuan selama sekitar 30 menit yaitu pukul 20.09, tim khusus kepolisian tersebut melaporkan mereka tidak berhasil.  Setelah itu mereka membeli tongkat cahaya dan melemparkan ke dalam bus, lalu mencoba menggunakan mobil dan tali untuk menarik pintu bagian depan bus, tetapi tali tiba-tiba terlepas.

Pada pukul 20.11 kepala polisi kota Manila memerintahkan tim khusus kepolisian yang lain melakukan penyerbuan dan berhasil membuka pintu darurat bus tersebut.  Ketika mereka hendak memasuki bus, Rolando menembak ke arah mereka dan para polisi langsung kabur.  Setelah itu kepala polisi kota Manila ini diperintahkan untuk berhenti ikut serta dalam operasi tersebut dan diganti oleh kepala tim khusus kepolisian.  Setelah itu dengan tiba-tiba Rolando menembak sebanyak 20 kali ke arah luar bus, hal tersebut menyebabkan seorang wartawan Hong Kong dan seorang anak kecil yang sedang berdiri penasaran melihat kejadian ini terluka.

Tidak lama kemudian, tim khusus kepolisian melemparkan 3 gas air mata ke dalam bus.  Ronaldo tidak tahan dengan bau tersebut dan bergerak ke depan pintu bus, lalu Ronaldo tertembak di bagian kepalanya pada pukul 20.41 dan mayatnya langsung jatuh di pintu bus tersebut.  Detik-detik ini di saksikan langsung oleh seluruh dunia karena seluruh proses pertolongan disiarkan secara langsung.

Sebenarnya pembunuhan ini kemungkinan besar dapat dihindari, karena surat pernyataan bahwa status polisi Ronaldo dapat dipulihkan telah keluar sekitar pukul 19.00, namun karena telepon selular Ronaldo tidak dapat dihubungi pada waktu itu dan kemacetan kota Manila menyebabkan surat tersebut tidak dapat tiba di lokasi kejadian sebelum Ronaldo melakukan pembunuhan.

Tim khusus dari pihak kepolisian Filipina sedang mencoba menolong para peserta tur, namun pada akhirnya mengalami kegagalan.

Presiden Filipina Benigno S. Aquino III menolak untuk meminta maaf, Konsulat Jendral Filipina menuduh masyarakat Hong Kong tidak bisa mengampuni orang lain

Presiden FIlipina ke-15 yaitu Benigno S. Aquino III pada konferensi pers mengenai kejadian ini, ketika wartawan bertanya, dia menjawab dengan wajah tersenyum dan merasa pemerintah tidak perlu bertanggung jawab atas kesalahan seorang pelaku kejahatan.  Hal tersebut membuat amarah para wartawan dan penduduk Hong Kong.  Setelah itu ia meminta maaf karena tersenyum ketika di konferensi pers dan berkata "Senyuman saya barangkali disalahartikan, ketika saya senang, saya akan senyum, ketika saya menghadapi hal yang tidak ditangani dengan baik, saya juga tersenyum .... senyum saya pada waktu itu karena saya sedang marah, jika membuat sebagian orang salah paham, saya minta maaf."

Walikota Manila Alfredo Lim dan kepala polisi Manila juga saling menuduh.  Alfredo menyatakan bahwa pihak kepolisian tidak peduli dengan keselamatan para korban.  Alfredo juga merasa dia berjasa atas keselamatan 9 nyawa yang tidak terbunuh, maka tidak ada alasan ia harus disanksi.  Pada akhirnya Aquino III mengumumkan bahwa dari hasil kebijaksanaan dari pihak kehakiman Filipina, bahwa mereka tidak akan melakukan sanksi apapun terhadap para pejabat yang terkait dalam kasus ini dan dia tidak akan menghiraukan keluhan dari pemerintah Hong Kong.

Penjelasan tersebut tidak diterima oleh masyarakat Hong Kong, bahkan beberapa pekerja rumah tangga FIlipina ketika diwawancarai oleh media Hong Kong berkata mereka merasa sangat malu dan merasa presiden mereka sangat bodoh.  Mereka juga merasa cemas bahwa akan menimbulkan kebencian masyarakat Hong Kong terhadap mereka sebagai pekerja rumah tangga Filipina di Hong Kong.

Selain itu, Konsulat Jenderal Filipina di Hong Kong pada waktu itu Val Simon Roque pada tanggal 26 Agustus 2012 ketika diwawancarai oleh sebuah media lokal berkata bahwa penduduk Hong Kong tidak mengerti bagaimana mengampuni orang lain.  Dia juga menghimbau masyarakat Hong Kong harus belajar dari orang Filipina yang mempunyai hati yang mudah mengampuni orang lain.

Wajah yang selalu tersenyum ketika di konferensi pers membuat marah wartawan dan masyarakat Hong Kong.

Memandang rendah Kepala Eksekutif Hong Kong dan tetap menolak meminta maaf

Pada bulan Oktober 2013, Kepala Eksekutif Hong Kong (Chief Executive of Hong Kong) pada waktu itu Leung Chun-ying 梁振英 dan presiden Filipina Aquino III menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di kota Denpasar, Indonesia.  Dalam kesempatan ini Leung Chun-ying meminta untuk bertemu dengan Aquino III membahas masalah kejadian pembunuhan ini, namun permintaan tersebut tidak dihiraukan oleh pihak Filipina.

Dengan perjuangan berkali-kali oleh pihak pemerintah Hong Kong, maka pada tanggal 7 Oktober 2013 Leung Chun-ying melakukan pertemuan resmi dengan Aquiono III.  Pertemuan tersebut berlangsung sekitar 20-30 menit.  Setelah pertemuan tersebut Aquino III berkata "Kami tetap mengatakan turut berduka cita, kejadian tersebut sangat berbeda dengan biasanya negara kami dalam menyambut pendatang."  Seorang wartawan ketika menanyakan mengapa dia tidak mau meminta maaf, ia berkata "Jika saya meminta maaf, hal tersebut menandakan pemerintah, negara dan penduduk kita bersalah, namun pelaku adalah seorang pelaku kejahatan.  Dalam budaya kita, jika kita tidak bersalah, kita tidak boleh meminta maaf."

Kepala Eksekutif Hong Kong, Leung Chun-ying ketika bertemu dengan President Filipina ke-15 Benigno S. Aquino III di kota Denpasar, Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2013.

Pemerintah Hong Kong melakukan sanksi terhadap Filipina

Leung Chun-ying pada tanggal 5 November 2013 mengumumkan bahwa jika tidak ada hasil yang memuaskan dalam negosiasi dengan pemerintah Filipina, maka pemerintah Hong Kong akan mengeluarkan sanksi-sanksi terhadap Filipina.  Pada tanggal 29 Januari 2014 pemerintah Hong Kong mengumumkan mulai tanggal 5 Februari 2014 akan membatalkan bebas visa turis serta menghentikan semua aplikasi visa bisnis dan visa tenaga kerja (terkecuali pekerja rumah tangga Filipina) untuk warganegara Filipina.

Pada tanggal 22 April 2014, walikota Manila pada waktu itu Joseph Ejercito Estrada bersama seorang anggota parlemen Filipina dan Menteri Kabinet Kepresidenan Filipina mengunjungi Hong Kong dan mencari solusi menyelesaikan masalah antara Hong Kong dan Filipina yang disebabkan oleh kasus pembunuhan tersebut.

Estrada setelah kembali ke Filipina ia menyampaikan semua permintaan dari pemerintah Hong Kong dan keluarga dari korban, kemudian parlemen FIlipina sepakat menyetujui menetapkan tanggal 23 Agustus akan dijadikan hari doa nasional untuk mengenang korban-korban yang telah meninggal dalam kejadian ini.  Lalu pemerintah Hong Kong mencabut semua sanksi terhadap Filipina dan juga mencabut signal peringatan tertinggi perjalanan keluar (Outband Travel Alert System - Black) yang telah ditetapkan pada tanggal 23 Agustus 2010 untuk negara Filipina.  Hubungan diplomasi antara Filipina dan Hong Kong kembali normal.

Walikota Manila pada tahun 2014, Joseph Ejercito Estrada. [Foto: Wikipedia]

Presiden Filipina Rodrigo Duterte resmi meminta maaf kepada masyarakat Hong Kong pada tahun 2018

Pada sebuah kunjungan ke Hong Kong, presiden Filipina ke-16 yaitu Rodrigo Duterte berkata "Negara Filipina belum meminta maaf atas kejadian pada bulan Agustus 2010...Jika berkenan, saya menyampaikan kepada seluruh penduduk Tiongkok (termasuk Hong Kong), dari hati saya yang terdalam, saya sebagai presiden Filipina akan mewakili seluruh penduduk Filipina untuk meminta maaf secara resmi kepada kalian semua dan berjanji berusaha tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi."

Presiden ke-16 Rodrigo Duterte. [Foto: Wikipedia]

Para netizen Hong Kong merayakan meninggalnya Aquino III pada tahun 2021

Meskipun kejadian tersebut telah berlalu 10 tahun, namun ketika media lokal memberitakan kabar meninggalnya Aquino III pada tanggal 24 Juni 2021, para netizen Hong Kong melalui berbagai media sosial lokal merayakan meninggalnya Aquino III dengan memberi gambar atau emotikon mengangkat cangkir bir.

Gaji Minimum Pekerja Rumah Tangga Asing Di Hong Ko...
Daftar 80 Lokasi Di Hong Kong Yang Penghuni Atau P...