Kisah Misteri Hong Kong: Ditemukan 2 Mayat Tertanam Dalam Tembok Balkon Sebuah Unit Di Elizabeth House Causeway Bay, 37 Tahun Masih Belum Ditemukan Pelakunya

Kisah Misteri Hong Kong: Ditemukan 2 Mayat Tertanam Dalam Tembok Balkon Sebuah Unit Di Elizabeth House Causeway Bay, 37 Tahun Masih Belum Ditemukan Pelakunya

Kasus penemuan 2 mayat pengusaha dari Singapura yang tertanam dalam tembok balkon lantai 26, Block A Elizabeth House Causeway Bay pada tanggal 31 Maret 1984 menjadi sebuah kasus pembunuhan paling menggemparkan penduduk Hong Kong dan sampai saat ini masih belum menemukan siapakah pelaku kejahatan ini.

Tetangga mencium bau yang aneh

Pada tanggal 30 Maret 1984, penghuni di sebelah unit yaitu sepasang suami istri melaporkan kepada pihak Kepolisian Hong Kong bahwa telah berhari-hari mencium bau yang aneh ketika pintu kaca balkon dibuka.  Pada mulanya mereka mengira bau tersebut berasal dari tiupan angin dari arah laut, karena unit tersebut langsung berhadapan dengan Victoria Bay.  Beberapa hari kemudian mereka mencoba menggeser semua pot bunga yang berada di balkon, kemudian melihat banyak air berwarna merah pada kain putih yang berada di bawah pot bunga.

Sewaktu beberapa polisi tiba di balkon penghuni yang memberi laporan tersebut, mereka menemukan bahwa air warna merah ini berasal dari balkon unit sebelah.  Polisi mencoba mengetuk pintu unit tersebut dan tidak mendapatkan jawaban.  Berdasarkan informasi dari petugas keamanan bahwa unit dengan ukuran 620 sq/ft ini 2 bulan sebelumnya mulai dihuni oleh seorang pria warganegara Indonesia yang bernama "Abdul Karim" atau dengan nama Chinese "Lim Bun Kia" dan menyewa unit tersebut seharga HK$5,800 per bulan.

Pihak kepolisian menduga terjadi sebuah pembunuhan di unit tersebut, maka segera mengirimkan sejumlah besar polisi untuk mendatangi gedung tersebut untuk penelitian selanjutnya.

Menemukan tembok semen yang baru

Pihak kepolisian masuk ke unit tersebut dan menemukan satu bagian dari balkon yang terlihat baru disemen.  Kemudian pihak Kepolisian memanggil pekerja dari Departemen Pekerjaan Umum untuk membongkar tembok tersebut yang berukuran 275cm x 30cm x 92cm dan ketika itu bau aneh keluar dan menyebabkan pekerja tersebut langsung merasa mual dan tidak enak badan.  Lalu pihak Kepolisian meminta bantuan dari pihak pemadam kebakaran untuk membongkar tembok tersebut dan segera bau bangkai keluar dan menyebar ke gedung-gedung di sekitarnya.

Mayat-mayat dibungkus seperti pocong

Setelah tembok semen terbongkar, ditemukan beberapa majalah dalam bahasa Chinese dan Inggris, 2 kaleng bir, 1 ikatan kunci, 1 obeng, 1 bungkus sekrup, dan palu besar seberat 5 kg.  Setelah menggeser barang-barang tersebut terlihat sebuah jaket berwarna coklat tua dan di bawahnya ada 2 mayat yang telah membusuk dan dibungkus seperti pocong dan telah membengkak.

2 mayat tersebut berjenis kelamin laki-laki dengan kepala berhadapan dengan kaki mayat lainnya.  Mereka sama-sama berpakaian kemeja warna terang dan celana warna gelap, terlihat luka pada bagian leher dan beberapa bagian pada tubuh, kaki dan kepala diikat dengan kain putih, kedua tangan diikat rantai besi dan salah satu mata ditutup oleh kain.  Beberapa petugas menduga pelaku menggunakan upacara adat pemakaman agama tertentu.

Identitas ke 2 korban tersebut terbongkar

Pihak kepolisian tidak menemukan bukti identitas apa pun dari ke 2 korban tersebut.  Setelah penelitian di unit tersebut selama 1 minggu, ditemukan 3 kartu nama dalam serpihan tembok semen tersebut.  Salah satu kartu nama dengan bekas darah terdapat sebuah nama perusahaan keuangan di Singapura.  Pihak Kepolisian kemudian meminta perusahaan Singapura tersebut mengirim utusan untuk mengenali mayat dari korban-korban dan akhirnya diketahui mereka adalah kakak beradik, merupakan pengusaha perhiasan ternama di Singapura yaitu kakak bernama 謝順發 usia 31 tahun dan adik bernama 謝順丞 usia 27 tahun.  Saat identitas diketahui, kasus tersebut segera menjadi berita utama di berbagai media di Singapura.

Ke 2 korban berasal dari keluarga hartawan di Singapura

Ke 2 korban merupakan anak dari salah satu pengusaha berlian terbesar di Singapura bernama 謝美卿.  Pengusaha tersebut mempunyai 8 anak, 謝順發 yang berusia 31 tahun merupakan anak yang paling besar, dan 謝順丞 yang berusia 27 adalah anak nomor 3.  Kedua kakak adik membantu ayahnya mengurus sebanyak 7 perusahaan.  Mereka pada bulan November 1983 sampai dengan Februari 1984 telah mengunjungi Hong Kong sebanyak 3 kali dan tinggal di Royal Garden Hotel di Tsim Sha Tsui.

Motivasi pelaku pembunuhan terungkap

Setelah penelitian lebih lanjut oleh pihak Kepolisian Hong Kong, terungkap bahwa kejadian ini pada mulanya adalah sebuah kasus penipuan dan penculikan.  Korban謝順丞 yang berusia 27 meminta sepasang pria dan wanita yang pada saat itu cukup terkenal di kalangan keuangan untuk membantu dia mendapatkan lebih banyak klien.  Pria dan wanita tersebut kemudian bekerja sama dengan seorang pengusaha dari Indonesia yang bernama "Abdul Karim" atau dengan nama Chinesenya "Lim Bun Kia" untuk melakukan penipuan terhadap 謝順丞 yang menyebabkan kerugian puluhan juta Hong Kong dolar dan mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kerugian yang sangat besar dan harus ditutup pada tahun 1983.

謝順丞 kemudian melakukan penyelidikan dan mengetahui pengusaha dari Indonesia ini sedang berada di Hong Kong.   Kemudian dia langsung datang ke Hong Kong dan menemui pengusaha tersebut untuk meminta kembali uang mereka, tetapi malah pengusaha ini menculiknya.  Kakak dari 謝順丞 yang bernama 謝順發 mengetahui hal tersebut kemudian segera berangkat ke Hong Kong untuk menolong adiknya, tetapi ia pun diculik oleh pengusaha ini.

Ayah dari kakak adik ini yang sedang berada di Singapura menerima telepon dari seseorang yang mengatakan kedua anaknya telah diculik dan kemudian menerima sebuah surat dari Hong Kong dengan isi foto kedua anaknya yang sedang diikat dan disertai sebuah kaset dengan suara meminta tolong dari kedua anaknya.  Kemudian ayah dari kakak adik tersebut mengirim uang sejumlah HKD 1,800,000 untuk menebus anak-anaknya.  Pada akhirnya pelaku memilih untuk membunuh kakak adik tersebut dan menyembunyikan mayat mereka dengan cara yang sangat menyeramkan.

Pihak Kepolisian Hong Kong Meminta pihak Kepolisian Indonesia untuk mencari pengusaha Indonesia yang dicurigai sebagai pelaku.

Berdasarkan informasi dari petugas keamanan gedung tersebut bahwa pengusaha pria dari Indonesia ini fasih berbahasa Kanton dan memegang paspor Indonesia.  2 bulan sebelum kejadian, pria ini mulai menyewa unit tersebut dan 10 hari sebelum ditemukan mayat-mayat korban ia telah meninggalkan unit ini dan menghilang.  Kemudian pihak Kepolisian Hong Kong meminta pihak Kepolisian Indonesia untuk mencari pria ini, namun sampai saat ini belum berhasil.

Kisah Misteri Hong Kong: Menemukan Kepala Korban D...